Resmikan Pondok Modern Putri Al-Hassan, Menag Sampaikan Tiga Ciri Utama Pontren
By Admin
nusakini.com--Pondok Pesantren adalah bagian yang tidak dipisahkan dari keindonesiaan kita, tidak hanya perjuangan bangsa ini lahir dari para aktivis dan pahlawan yang dibesarkan di pontren, juga menjadi ruh jiwa bangsa ini, semua pontren mengajarkan cinta Tanah Air. Rasa memiliki sekaligus bertanggungjawab menjaga Tanah Air menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pontren, dan itu ciri santri kita yang berbeda dari negara lain.
"Pontren sebagai pendidikan khas memilki cinta Tanah Air yang tidak bisa dipisahkan," terang Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat membuka resmi Pondok Pesantren Putri al Hasan di Jati Makmur Kota Bekasi, Jumat (19/8).
Memiliki cinta Tanah Air sebagai ciri pontren pertama yang disampaikan Menag, ciri kedua adalah moderat, tasamuh, tawasut dan tawazun. Nilai-nilai tersebut adalah nilai yang diajarkan di pontren bukan tatorruf atau mengkafir-kafirkan, memiliki semangat toleransi, menghargai perbedaan.
"Perbedaan bukan hal yang baru bagi santri, karena diajarkan selama di pontren, 24 jam mereka bertemu dengan teman-temannya dari seluruh Tanah Air dengan latar budaya berbeda," ucap Menag.
"Keragaman adalah sesuatu yang biasa dihadapi santri, umumnya santri bersikap toleran. Ini yang harus dijaga pontren sebagai ciri di pontren," lanjut Menag.
Ketiga, ciri pontren dan santrinya, selain memiliki jiwa cinta Tanah Air dan moderat juga pada dirinya memiliki semangat inklusif, membaur di tengah masyarakatnya. Seorang santri bisa hidup dan tidak bisa sekedar bisa bergaul di tengah masyarakat beragam juga bisa menginspirasi masyarakt di mana ia hidup.
"Inklusifitas menjadi ciri lembaga pendidikan pontren di Indonesia," terang Menag.
Dikatakan Menag, pontren nilai manfaatnnya sungguh sangat dibutuhkan saat ini juga di masa mendatang. Menag dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi kepada Qatar Charity atas kontribusi membangun fasilitas pontren ini.
Menag mengapresiasi kepada Pimpinan Pontren Prof. Dr. KH. Ahmad Satori yang juga alumni Gontor yang menerapkan pendekatan Gontor dalam sistem pendidikan pondok Al Hasan ini. Menurut Menag, metode yang digunakan Gontor sesunguhnya tidak mudah, karena memerlukan tingkat kedisplinan dan keikhlasan luar biasa, tidak hanya pada diri Mudir atau pimpinan ponsoknya dan seluruh guru-gurunya, tapi juga para wali santrinya. karena wali santri harus memiliki kesepahaman sama mengapa metode ini digunakan terlebih pontren ini berad di tengah kota besar.
Peresmian pembukaan pontren putri Al-Hassan ditandai dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti oleh Menag. Hadir dalam acara tersebut, selain pimpinan pontren dan yayasan, Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu, Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat Buchori dan Perwakilan dari Qatar Charity.(p/ab)